welcome to my blog... THE NEXT NUTRITIONIST: Juli 2015

Minggu, 05 Juli 2015

Iodometri (Standarisasi Na2S2O3 (Natrium Thiosulfat) terhadap KIO3 (Kalium Iodo) 0,1 N)



        TUJUAN
                 Untuk mengidentifikasi standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3 0,1 N
      

       DASAR TEORI 
    Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifatoksidator
    seperti besi III, tembaga II, Kalium Permanganat dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
    ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan
    larutan baku tiosulfat. Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
    bereaksi dengan I- (iodide) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat
    dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat
    dikategorikan sebagai titrasi kembali.


     METODE
          Iodometri


CARA KERJA
Siapkan alat dan bahan
Masukkan larutan Na2S2O3 ke dalam gelas beaker 100 ml, lalu masukkan ke buret
      menggunakan corong gelas
Buret diset nol 
Masukkan  KIO3 0.1 N menggunakan pipet volume 10,0 ml ke dalam labu erlenmeyer
Masukkan 15 ml KI 10% dan 25 ml H2SO4 ke dalam gelas beaker yang berbeda, lalu   masukkan ke labu erlenmeyer yang berisi sampel, sehingga membuat larutan berubah warna menjadi merah kecoklatan
Titrasi (tahap pertama) dengan Na2S2O3 sampai berubah warna menjadi kuning jerami
Tambahkan 10 tetes indikator amylum sehingga warna larutan berubah menjadi biru gelap
Titrasi kembali sampai warna larutan berubah menjadi bening

    
          ALAT DAN BAHAN
           1 set buret
           Gelas beaker
           Labu erlenmeyer
           Filler
           Pipet volume 10.0 ml
           Larutan Na2S2O3
           Larutan KIO3 0,1 N
           Larutan KI 10%
           Larutan H2SO4
           Indikator amylum
  

 Gambar setelah ditambahkan KI 10% dan H2SO4 :
            Gambar setelah titrasi tahap pertama :
            Gambar setelah ditetesi indikator amylum :
            Gambar setelah titrasi terakhir :





Argentometri (Standarisasi AgNO3 terhadap NaCL 0,05 N)


TUJUAN
Untuk mengidentifikasi standarisasi AgNO3 terhadap NaCl
   

DASAR TEORI
Argentometri adalah salah satu cara untuk menentukan kadar suatu zat dalam suatu larutan yang  dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu acara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri.
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halide (Cl-,Br-,I-). Suatu reaksi pengendapan dapat dimanfaatkan untuk keperluan penetapan secara volumetrik asalkan di pastikan bahwa reaksi pengendapan tersebut dapat berjalan secara sempurna. Karenanya , larutan perak nitrat dimasukan ke dalam larutan NaCl akan terbentuk endapan perak klorida dan tititk akhirnya adalah saat dimana semua klorida diendapkan menjadi perak klorida.


METODE
Argentometri


CARA KERJA
Siapkan alat dan bahan
Masukkan larutan  AgNO3 gelas beaker 100 ml, lalu masukkan ke buret menggunakan corong gelas
Buret diset nol
Masukkan NaCL 0,05 N menggunakan pipet volume 10,0 ml ke dalam labu erlenmeyer
Tambahkan 25 ml aquades
Tambahkan 10 tetes indikator K2CrO4
Titrasi dengan larutan AgNO3 hingga larutan berubah warna menjadi merah bata

ALAT DAN BAHAN
1 set buret
Gelas beaker 
Labu erlenmeyer     
Filler     
Pipet volume 
Larutan AgNO3
Larutan NaCL
Aquades
Indikator K3C504 5%
                       
Gambar sebelum titrasi :
Gambar sesudah titrasi :


Sabtu, 04 Juli 2015

Asidimetri (Standarisasi HCl 0,1 N terhadap Na2B4O7 (Natrium Tetra Boraks))


TUJUAN
Untuk menidentifikasi standarisasi HCl terhadap Na2B4O7

DASAR TEORI
Asidimetri merupakan tipe reaksi yang ada dalam titrasi asam-basa. Asidimetri adalah pengukuran atau penentuan konsentrasi larutan asam dalam suatu campuran. Biasanya dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya dan suatu indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Titik dalam titrasi di mana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi di mana indikator warnanya berubah disebut titik akhir.

METODE
Asidimetri

CARA KERJA
Siapkan alat dan bahan
Masukkan larutan HCL 0,1 N ke dalam gelas beaker 100 ml, lalu masukkan ke buret menggunakan   corong gelas
Buret diset nol
Masukkan  larutan Na2B4O7 menggunakan pipet volume sebanyak 10,0 ml ke labu erlenmeyer
Tambahkan 25 ml aquades
Tambahkan 3-5 tetes indikator metil jingga
Titrasi dengan HCL 0,1 N sehingga warna larutan berubah menjadi jingga


 ALAT DAN BAHAN
 1 set buret
 Gelas beaker
  Labu erlenmeyer  
  Pipet volume
  Filler
  Larutan HCl 0,1 N                           
  Larutan Na2B4O7                                  
  Indikator metil jingga                                
  Aquades                                         
 
  Gambar sebelum dititrasi :
  
Gambar sesudah dititrasi :